Sabtu, 27 Februari 2016

Pak tua

Sekilas melihat keluar jendela
Ternyata hujan masih terus saja memamerkan rintik nya
Sedang di seberang jalan
Ada pak tua yang sedang mengangkut kelapa
Sedang berteduh di teras sebuah toko

Ku datangi dan membawakan nya payung 
Pak tua bilang, simpan saja payung mu untuk si gadis penjaga bunga itu
Kenapa begitu pak?
Masa muda ku terpancung oleh kerakusan pabrik nak
Indah rasanya bisa menikmati hujan selagi raga masih mampu bekerja sama

Ku tanyakan lagi perihal keluarganya
Hidup itu cuma sekali nak, bapak sudah kenyang pengalaman
Sekarang hidup bisa ngerokok saja sudah berkah
Manusia kadang lupa caranya mengucap syukur
Hidup mewah berkarpet emas, berpiring perak, masih saja mengeluh

Setelah itu kudatangi si gadis penjual bunga hendak memberikan payung
Ketika aku ingin kembali menemui pak tua itu
Dia sedang menari ditengah hujan sambil menginjak injak tikus liar
Mungkin dia sedang melampiaskan marah nya

Hanya saja tikus liar itu yang jadi korban nya
Sedangkan tikus busuk yang telah memancung masa mudanya
Hanya dia pikirkan tanpa bisa menyentuh, apalagi menginjak injak
Nasibmu pak tua......

Rabu, 24 Februari 2016

Sore Jakarta

Di jantung Metropolitan
Mereka berdesak, berlomba...
Demi gengsi dan kekayaan semata
Anak kecil menangis di pangkuan ibunya
Seraya berkata, 'ibu, apakah seperti ini jakarta?'

Dua air mata bersatu
Menjadikan haru di sore yang pilu
Saling sikut, caci maki
Menghujat dan berkelahi
Mewarnai kisah Jakarta di sore hari

Rintikan hujan bukan menjadi syahdu
Teriakan dan omongan yang menggebu gebu
Diiringi luapan banjir yang menderu
Berbahagia lah bagi kau
Dan bersedihlah bagi kalian

Senin, 22 Februari 2016

Tugas UAS Pengantar Sejarah Indonesia sem I



1.   



                 ULEEBALANG
Uleebalang merupakan raja di Negara-negara bagian Kerajaan Aceh.Uleebalang memiliki jabatan tinggi dalam birokrasi Tradisional Aceh. Dimana urutannya yaitu :
-          Sultan,yang bertugas sebagai raja
-          Uleebalang,yaitu kepala negeri,namun kekuasaannya masih dibawah Sultan
-          Dan ada Ulama,yaitu yang berperan sebagai penasehat raja dan ahli agama
Uleebalang diangkat oleh Sultan dengan Sarakata atau surat pengangkatan yang dibubuhi oleh cap sikureung. Dengan adanya surat pengangkatan Sarakata ini,uleebalang seakan mendapatkan sumber perlindungan terhadap rakyat,dikarenakan Sarakata ini memiliki kedudukan yang tinggi di mata rakyat.
Dalam proses nya banyak uleebalang yang menyimpang dan menyalahgunakan kekuasaannya,tidak sedikit uleebalang yang memonopoli perdagangan di daerahnya,sehingga menyebabkan ketidak stabilan ekonomi yang membuat rakyat menderita. Dimana nanti dari situlah akan timbul konflik antara uleebalang dan ulama.  Uleebalang sendiri juga memiliki gelar,yaitu gelar Teuku yang diberikan kepada uleebalang laki-laki dan juga gelar Cut yang diberikan kepada uleebalang Perempuan.

Sumber : Kamus Sejarah Indonesia karya Robert Cribb & Audrey Kahin


2.      APANAGE
Tanah Apanage ( tanah lungguh ) adalah tanah yang diberikan kepada para birokrat,yang terdiri dari priyayi,yang disebut sentana & narapraja.
Sentana & Narapraja disini bertugas sebagai pembantu penguasa dalam menjalankan pemerintahan,dimana disini sentana & narapraja dibantu oleh keluarganya,sehingga system ini berjalan turun temurun. Untuk imbalannya,maka penguasa setempat memberikan tanah apanage ( tanah lungguh ) kepada para sentana & narapraja.
Namun dalam pembagian tanah apanage ini tidak tersistem dengan baik,sehingga pemberiannya ada yang berada diluar wilayah kasunanan,yaitu di wilayah kasultanan dan mangkunegaran. Sehingga seiring berjalannya waktu dampak dari adanya apanage ini adalah Peperangan antar desa,dikarenakan tidak jelasnya proses/system pembagian tanah apanage ini,sehingga membuat desa yang kuat menyerang desa yang lemah.

Sumber : “Apanage dan Bekel” ( Perubahan social di Pedesaan Surakarta 1830-1920 )  karya Suhartono.

3.      ROMUSHA
Romusha secara bahasa adalah : Buruh,Pekerja
Romusha adalah system yang digunakan oleh jepang dalam pengerahan tenaga kerja untuk membangun berbagai sarana pendukung perang,seperti Jembatan,rel kereta api,lapangan udara,dsb. Dalam prosesnya,jepang merekrut tenaga kerja dari berbagai Negara di asia tenggara,salah satunya Indonesia.
Di Indonesia sendiri diperkirakan sekitar 200.000 – 500.000 orang diambil untuk bekerja kepada jepang dengan berbagai kondisi yang menyedihkan,sehingga hanya sekitar 70.000 orang Indonesia yang diketahui bisa selamat dari romusha ini. Kerja paksa romusha ini tidak hanya dilakukan di jawa dan Sumatra,akan tetapi di banyak tempat lain di Asia Tenggara. Romusha memberikan efek menakutkan sendiri bagi sebagian warga Indonesia,banyak pemuda desa yang melarikan diri dari desa dikarenakan menghindari pencarian jepang dalam rangka mencari tenaga kerja paksa yang akan dijadikan korban romusha.

Sumber : -  “Kamus Sejarah Indonesia” karya Robert Cribb & Audrey Kahin Dan “Sejarah Nasional Indonesia : Zaman Jepang dan Zaman Republik Indonesia” karya Nugroho Notosusanto

4.      VORSTENLANDEN
Vorstenlanden adalah tanah para pangeran. Meskipun disini raja memiliki kewenangan yang tinggi,namun Belanda secara tidak langsung juga memerintah daerah vorstenlanden. Daerah vorstenlanden menjadi satu satunya daerah yang diperintah secara “tidak langsung” oleh Belanda. Bahkan di daerah vorstenlanden ini,cultuurstelstel tidak berlaku. Istilah Vorstenlanden sendiri mampu menyederhanakan penyebutan bagi bekas Mataram Islam yang pada 1755,karena perjanjian giyanti,terpecah menjadi 4 bagian besar,yaitu Kasultanan dan Pakualaman, Kasunanan dan Mangkunegaran.
Sampai sekarang,daerah vorstenlanden yang masih exis bertahan yaitu adalah Kasultanan Yogyakarta,dikarenakan Kasunanan Surakarta sudah mulai pecah sekitar tahun 1946.

Sumber :“Kamus Sejarah Indonesia” karya Robert Cribb & Audrey Kahin dan “Sejarah Indonesia Modern” M.C.Ricklefs

5.      VOLKSRAAD
Volksraad adalah lembaga yang berfungsi sebagai Dewan Rakyat ( Sekarang DPR ) dimana disini Berisi Perwakilan Perwakilan dari Hindia Belanda/ Lembaga perwakilan Hindia-Belanda.
Volksraad didirikan pada tahun 1918 dengan terdiri dari 39 anggota,dimana setengahnya dipilih dan sisanya diangkat. Volksraad disini hanya berfungsi menasehati.Karena untuk keputusan harus dikonsultasikan terlebih dahulu oleh Gubernur Jenderal. Seiring berjalannya waktu Volksraad diberikan wewenag wewenang legislative,meskipun itu terbatas. Volksraad dapat mengajukan perundang undangan ,serta Anggaran belanja dan pembuatan peraturan dalam negeri lainnya memerlukan persetujuan volksraad. Namun dalam prosesnya lembaga ini tidak pernah tumbuh menjadi parlemen yang sebenarnya.

Sumber : “Kamus Sejarah Indonesia” karya Robert Cribb & Audrey Kahin , “Sejarah Indonesia Modern” karya M.C.Ricklefs , “Muhammad Husni Thamrin” karya Anhar Gonggong

6.      DEWAN JENDERAL
Dikatan dalam buku “Jenderal TNI Anumerta Basuki Rachmat dan Supersemar” bahwa dewan Jenderal adalah isu isu dimana jenderal jenderal akan mengkudeta/merebut kekuasaan dari presiden soekarno. Namun pada faktanya isu Dewan Jenderal itu tidaklah benar.Dewan Jenderal tidak pernah ada. Dewan Jenderal hanya ada sebagai suatu realitas politik,bukan sebagai sebuah institusi politik. Dalam banyak dugaan yang tidak disertai dengan bukti yang kuat mengatakan bahwa Dewan Jenderal ini dipimpin oleh Jend.AH Nasution dan dibawahnya ada Jend.A.Yani.
Namun dalam realitasnya Dewan Jenderal dibuat oleh PKI dalam rangka memberikan perlindungan kepada Soekarno agar tidak lengser dari posisi nya,dikarenakan backing PKI pada saat itu ada pada diri Soekarno. Sehingga PKI membuat adanya isu Dewan Jenderal itu dalam rangka menumpas para Jenderal Jenderal yang dirasa akan mengganggu proses majunya PKI,karena sejatinya musuh PKI pada saat itu adalah TNI AD.

Sumber : “Jenderal TNI Anumerta Basuki Rachmat dan Supersemar” karya Dasman Djamaludin




MENGAPA PENDIDIKAN BARAT PADA MASA KOLONIAL BERPENGARUH TERHADAP MUNCULNYA KELAS SOSIAL BARU DI DALAM MASYARAKAT ?

Dikarenkan pada sebelumnya,Pemerintah Kolonial Belanda menerapkan kebijakan yang dinamai “Politik Etis” dimana dalam kebijakan politik etis ini,Pemerintah berfokus pada masalah kamenusiaan dan juga Keuntungan Ekonomi. Pihak Belanda dalam menjalankan kebijakannya tersebut ,menggunakan tiga prinsip dasar yang dipakai ,yaitu : Pendidikan,Pengairan,dan Perpindahan Penduduk.
Pendidikan memiliki peran tersendiri dalam kebijkan ini.Dimana banyak sekali usaha yang djalankan di bidang pendidikan dan berbagai hasil-hasilnya acap kali membuat para pejabat Belanda bangga. Dengan adanya system pendidikan bagi pribumi di Indonesia,menyebabkan banyak nya birokrat/pejabat baru dalam struktur Pemerintahan Belanda yang berasal dari warga pribumi sendiri.
Adanya kebijakan dalam hal pendidikan bagi pribumi ini,diharapkan kelak dapat menciptakan suatu elite yang tahu berterima kasih dan dan bersedia bekerjasama ,memperkecil anggaran belanja pemerintah,mengendalikan fanatisme islam,dan akhirnya menciptakan suatu keteladanan yang akan menjiwai masyarakat Indonesia golongan bawah.[1]
Setelah adanya system Pendidikan ini,muncul berbagai kelas social baru dalam masyarakat. Ini disebabkan karena munculnya/didirikannya berbagai sekolah yang mengizinkan warga pribumi untuk masuk ke dalam system pendidikan Eropa yang parallel. Contohnya adalah berdirinya sekolah-sekolah HIS ( Holland-Inlandsche ),yaitu sekolah Belanda-Pribumi. Yang dimana dari sekolah ini ,nantinya dari masyarakat pribumi dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi,yaitu : MULO,AMS,HBS,OSVIA,STOVIA,dsb. Sehingga nantinya,setelah dapat menyelesaikan pendidikan sampai jenjang tertentu,warga pribumi dapat diangkat  sebagai pejabat/birokrat pada Pemerintah Belanda.
Namun,dalam prosesnya,yang bisa menyelesaikan pendidikan sampai jenjang-jenjang tertentu hanyalah warga pribumi kalangan atas saja,dikarenakan pungutan biaya pendidikan yang mahal pada saat itu. Sehingga pada tahun 1921,dibukalah Schakelschool,yaitu “sekolah sambungan” yang merupakan lanjutan dari tingkat sekolah desa sampai tingkat akhir HIS,dan juga dapat melanjutkan ke MULO,dst. Namun dalam pandangan golongan bawah,Pendidikan dirasa tidaklah terlalu penting,dikarenakan mereka merasa terbebani dengan biaya yang dikeluarkan untuk pendidikan saat itu,yang memang terbilang mahal.
Sehingga disini,dalam kelas kelas social baru dalam masyarakat ,kebanyakan dari mereka adalah yang berasal dari golongan atas,yaitu para bangsawan dan orang orang kaya. Dikarenakan untuk mencapai kelas kelas social tertentu ( pejabat/pegawai ) tersebut,warga pribumi haruslah mengikuti proses pendidikan Eropa sampai jenjang tertentu. Yang dimana untuk mengkutinya,haruslah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit ,sehingga hanya golongan atas yang mengikutinya.
Disini dijelaskan bahwa proses Pendidikan Barat pada saat itu memiliki pengaruh terhadap  munculnya kelas sosia baru dalam masyarakat. Melalui pendidikan,seseorang dapat menaikan derajatnya. Beberapa pegawai yang cakap dan setia dihasilkan dari proses pendidikan ini. Namun dari tujuan pendidikan sendiri masih belum tercapai,yaitu menghasilkan elite yang tahu berterima kasih dan bersedia bekerjasama dan juga belum optimalnya kesejahteraan umum sehingga tidak meningkatnya tingkat kesejahteraan dalam masyarakat bawah .

SUMBER : Buku “Sejarah Indonesia Modern 1200-2004” karya M.C.Ricklefs




[1] (Sejarah Indonesia Modern hal 329-330) karya M.C.Ricklefs